Mengenal sedikit tentang "Seni" berFotografi
Pengertian
Fotografi.
Fotografi
berasal dari kata foto yang berarti cahaya dan grafis yang
berarti gambar. Dengan berkembangnya teknologi digital yang sangat pesat saat
ini bahkan hampir semua orang. Secara
harfiah fotografi bisa diartikan sebagai teknik melukis dengan cahaya.
Fotografi merupakan gabungan ilmu, teknologi, dan seni. Perpaduan yang harmonis
antara ketiganya bisa menghasilkan sebuah karya yang mengagumkan. Tentunya
dengan skill serta sentuhan seni sang fotografer, sebuah foto bisa menjadi
berarti. Fotografi memiliki
bermacam-macam manfaat dan tujuan baik untuk dokumentasi, penelitian, maupun
sebagai media dalam ranah estetika. Dengan foto, suatu momen bisa bertutur.
Sejarah
Perkembangan Fotografi di Indonesia
Sejarah
fotografi di Indonesia dimulai pada tahun 1857,pada saat 2 orang juru foto Woodbury
dan Page membuka sebuah studio foto di Harmonie,Batavia. Masuknya
fotografi ke Indonesia tepat 18 tahun setelah Daguerre mengumumkan hasil
penelitiannya yang kemudian disebut-sebut sebagai awal perkembangan fotografi
komersil. Studio fotopun semakin ramai di Batavia. Dan kemudian banyak fotografer
professional maupun amatir mendokumentasikan hiruk pikuk dan keragaman etnis di
Batavia.
Masuknya
fotografi di Indonesia adalah tahun awal dari lahirnya teknologi fotografi,maka
kamera yang adapun masih berat dan menggunakan teknologi yang sederhana.
Teknologi kamera pada masa itu hanya mampu merekam gambar yang statis. Karena
itu kebanyakan foto kota hasil karya Woodbury dan Page terlihat
sepi karena belum memungkinkan untuk merekam gambar yang bergerak. Masuknya
Jepang tahun 1942 juga menciptakan kesempatan transfer teknologi ini. Karena
kebutuhan propagandanya, Jepang mulai melatih orang Indonesia menjadi
fotografer untuk bekerja di kantor berita mereka, Domei. Mereka inilah, Mendur
dan Umbas bersaudara, yang membentuk imaji baru Indonesia, mengubah pose simpuh
di kaki kulit putih, menjadi manusia merdeka yang sederajat.
Seni
dan Teknologi
Fotografi
lahir dari salah satu wujud perpanjangan imajinasi manusia, sebuah perpaduan
antara seni dan teknologi. Fotografi menjadi salah satu media visual yang
memberi daya Tarik sendiri bagi manusia zaman sekarang. Bisa di lihat dari
sekeliling kita sekarang. Di setiap tempat, waktu dan kesempatan dapat dengan
mudah menemukan orang yang membawa kamera. Ada yang membawa kamera professional
ada yang bawa kamera analog zaman dulu ada juga yang hanya menggunakan kamera smartphone
dan berkemampuan seadanya. Sepertinya setiap orang tidak ingin melewatkan momen
momen yang berharga dalam hidupnya. Karena hanya dengan kamera dan “fotografi”
segala bentuk rupa keindahan dapat dengan cepat di tangkap dan diabadikan. Karena
Kemudahan dan kecepatan yang diberikan oleh fotografi membuat seseorang seakan
menjadi seniman karbitan. Fenomena ini membuat dunia fotografi jadi menimbulkan
sebuah pertanyaan yang berkaitan dengan estetika dan konsep keindahan, “Apakah
fotografi masih dapat disebut sebagai seni?”
Setiap
orang dapat dengan mudah mengambil foto dan tidak memerlukan syarat khusus
seperti halnya seorang pelukis ketika akan memulai melukis di atas kanvas.
Fotografi seakan menjurus pada proses mekanistis. Seperti yang dikatakan Walter
Benjamin, fotografi membebaskan tangan sebagai fungsi artistik yang paling
penting, dan menggantikannya dengan sebuah mata yang melihat pada sebuah lensa
(Benjamin, 1999: 213). Kenyataan ini sekilas mereduksi fotografi sebagai sebuah
seni. Yang dilihat secara dominan bukan lagi unsur seni dalam sebuah foto,
melainkan jatuh pada sisi mekanis fotografi dalam menghasilkan suatu imaji,
gambaran dari realitas.
Perkembangan
teknologi sepertinya memunculkan permasalahan serius bagi keberadaan seni.
Teknologi seakan mengeliminasi “aura” dari seni. Reproduksi mekanis yang
merupakan produk perkembangan teknologi, diklaim memberi pengaruh buruk bagi
perkembangan seni. Muncul dualisme, yakni di satu sisi, area kerja fotografi
adalah sebagai seni visual yang berkaitan dengan keindahan, membangkitkan
perasaan dan melibatkan kreativitas. Di sisi lain, fotografi merupakan suatu
proses reduplikasi, reproduksi secara instan menggunakan mesin. Dualisme ini
yang selalu membingungkan dalam ranah fotografi.
Penilaian
Roger Scruton Mengenai Fotografi
Roger
Vernon Scruton adalah seorang filsuf yang memiliki spesialisasi dalam bidang
estetika khususnya pada music dan arsitektur. Ia juga mengajar sebagai dosen
dan professor estetika di Birkbeck College, London. Scruton tidak hanya melihat
sisi mekanistis dari fotografi, tetapi juga memperlihatkan kelemahan mendasar
fotografi jika ingin disebut seni melalui perbandingan dengan lukisan. Bagi
Scruton, lukisan adalah suatu bentuk seni yang sempurna. Baginya, lukisan penuh
dengan intensionalitas dari seorang pelukis yang merupakan syarat dari sebuah
representasi (Costello & Philips, 2008: 5). Ketika seorang apresiator
melihat sebuah lukisan, ia akan dapat melihat suatu yang baru tanpa harus
diyakinkan dengan melihat objek yang dilukis terlebih dahulu. Lukisan dapat
menghadirkan sebuah relasi visual antara subjek dan lukisan (Scruton, 1998:
120). Sang pelukis menghadirkan cara pandang (way of seeing) dari subjek yang
ada dalam lukisan. Walaupun fotografi dapat dikatakan sempurna dalam
merepresentasikan gambaran sebuah benda, fotografi bukanlah sebuah seni
representasi. Hal ini ia sampaikan secara terperinci dalam esainya yang
bertajuk “Photography and Representation”. Ia melihat bahwa ada suatu masalah
dalam kesesuaian dan keakuratan fotografi. Scruton menekankan pentingnya
memisahkan lukisan dan fotografi secara lebih dalam.
Kreativitas
dalam Fotografi
Fotografi
sama dengan seniman lainnya, mereka juga menghidupkan dan memberi jiwa pada karya
fotonya. Fotografer bekerja menggunakan otak dan hatinya dalam segala Tindakan pengambilan
objek. Pada dasarnya masalah fotografi adalah masalah yang cukup kompleks
karena menyangkut beberapa aspek seperti :
1. Kamera,
kamera adalah alat pemotretan yang di gunakan sebagai alat perekam
optis.seorang fotografer dituntut mampu
menguasai peralatan yang diguakannya, sampai karakteristik dan Tingkat kemampuannya.
2.Pencahayaan,
tanpa pencahayaan yang optimal, sebuah foto tidak dapat menjadi karya yang
baik. Ilmu pengetahuan tentang pencahayaan ini juga harus di ketahui oleh
fotografer. Cara mempelajarinya bisa di mulai lebih peka terhadap Cahaya di
sekitar.
3.
Penempatan objek,untuk menciptakan suatu karya foto yang baik tentu fotografer
harus bisa mendapatkan komposisi yang baik.
4. aspek
pesan, seorang fotografer harus dapat mengkomunikasikan pesan batinnya yang
estetis kepada orang lain.
5.Pemakaian Filter, Filter adalah suatu sistem optis pembantu yang
biasanya dipasang di
depan lensa
dan dapat memodifikasi gambar asli di saat pemotretan. Beberapa jenis
filter dapat me ngubah warna-warni atau bayanagn,
sedangkan yang lainnya dapat
menciptakan efek fisik baru pada bidang pada bidang
gambarnya. Namun, sebuah
filter dapat juga berupa suatu media tembus pandang
atau memantul, seperti sebuah
cermin tua atau suatu pecahan kaca dari wadah abu
rorok. Pemakaian filter atau
saringan sinar mempunyai maksud yang berbeda-beda
6. Pemotretan Gerak dapat diabadikan dengan
menggunakan lampu kilat atau rana
dengan kecepatan tinggi. Namun efek bergerak bukan
hanya muncul karana sebuah
gambar tampil dengan tajam. Ada, kalanya, gambar
yang ringan yang akan anda
tampilkan harus tampil blur untuk memberikan kesan gerak. Ada teknik blurring,
teknik panning
shot, Teknik freezing dan teknik zooming. Panning dalam More Joy
of Photography adalah “Moving a
camera to photograph a moving object while
keeping the
image of the object in the same relative position in the viewfinder”
7. Sebagai
pengarah gaya juga termasuk kiat kiat mendapatkan hasil foto yang baik seperti
yang dikehendaki orang yang di potret adalah adanya kerja sama antara
fotografer dengan orang yang di potret.
Referensi
:
https://e-journal.uajy.ac.id/179/3/2TA13124.pdf
https://www.researchgate.net/publication/43330490_KREATIVITAS_DALAM_SENI_FOTOGRAFI
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/1484-2662-1-PB.pdf
Fotografi adalah Seni: Sanggahan terhadap Analisis Roger Scruton Mengenai
Keabsahan Nilai Seni dari Sebuah Foto
Comments
Post a Comment